Sebagai salah satu bentuk didikan setiap orang tua ialah dengan mengajarkan doa-doa kebaikan. Semua umat beragama pun tau, dengan berdoa, akan mengantarkan dirinya lebih dekat dengan Sang Pencipta. Setiap orang berharap kebaikan selalu menyertai keturunannya. Para orang tua mengajarkan segala bentuk kebaikan, yang menjadikan mereka berharap penuh atas amal jariyah yang ia tanam, yakni memiliki anak yang taat pada Allah serta berbakti pada orang tua.
Doa untuk kedua orang tua menjadi doa pertama yang banyak sekali diajarkan pada anak yang sedang belajar berbicara. Lafaz memohon ampun dilantunkan untuk diri sendiri dan kedua orang tua, serta mengharap kasih sayang dari Tuhan sebagaimana kedua orang tuanya menyayanginya di waktu kecil. (QS. al-Isrä' [17]: 24).
Selain doa kepada orang tua, doa kebaikan dunia dan akhirat menjadi doa andalan yang diajarkan orang tua kepada anaknya. Terdapat dalam QS. al-Baqarah [2]: 201, yang berbunyi:
وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Di antara mereka ada juga yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari azab neraka.”
Tentu sudah tidak asing lagi dengan sebutan doa sapu jagat. Istilah ‘sapu jagat’ berarti ‘membersihkan alam semesta’ atau ‘mencakup segala sesuatu’. Doa ini mencakup permohonan kebaikan di dunia dan akhirat, serta perlindungan dari siksa neraka, sehingga dianggap mencakup segala aspek kehidupan dan permohonan seorang Muslim.
Baca Juga
Doa Malam Nisfu Sya'ban Versi Berjamaah
Menariknya, doa yang dinamakan dengan doa sapu jagat ini, berada setelah ayat rangkaian ibadah haji. Pada ayat tersebut, Allah menjelaskan secara terperinci tentang manasik haji, kemudian memerintahkan untuk berzikir setelahnya.
Pada ayat yang bermakna, “Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy’aril Haram, dan berzikirlah kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberi petunjuk kepadamu”, Allah menjelaskan bahwa sebaiknya meninggalkan perkataan-perkataan selain menyebut-Nya saja, yakni senantiasa berzikir.
Fakhruddin ar-Razi dalam penafsirannya mengungkapkan, bahwa betapa indahnya susunan ayat tersebut. Ibadah harus didahulukan agar dapat menundukkan jiwa dan menghilangkan kegelapannya. Setelah ibadah, seseorang harus disibukkan dengan berzikir kepada Allah untuk menerangi hati dan merasakan cahaya keagungan-Nya. Usai berzikir, barulah seseorang sibuk dengan berdoa, karena doa akan menjadi sempurna jika didahului dengan berzikir. Sebagaimana yang dicontohkan pula oleh Nabi Ibrahim yang mendahulukan zikir sebelum berdo’a pada QS. Asy-Syu’ara:78-87.
Baca Juga
Doa Kamilin
Jamaah haji wajib melaksanakan wukuf di padang Arafah, yang merupakan puncak dari seluruh rangkaian ibadah haji. Tentu kita ketahui bahwa padang Arafah menjadi salah satu tempat mustajabnya doa. Bagi umat Islam yang tidak melaksanakan haji, mereka dianjurkan untuk berpuasa pada hari Arafah. Puasa Arafah memiliki keutamaan besar karena dapat menghapus dosa dua tahun, yakni tahun sebelumnya dan tahun yang akan datang.
Di antara keutamaan hari Arafah antara lain ialah, pertama, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan bahwa pada hari Arafah, Allah membebaskan lebih banyak hamba dari api neraka dibandingkan hari-hari lainnya. Kedua, Hari Arafah juga dikenal sebagai hari pengampunan dosa. Hari di saat Allah membebaskan banyak hamba-Nya dari api neraka, Allah juga turun ke langit dunia dan membanggakan para hamba-Nya yang sedang berwukuf di hadapan para malaikat. Ketiga, Munajat seorang hamba yang dipanjatkan pada hari Arafah memiliki keutamaan khusus. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda:
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
“Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah.” (HR. Tirmidzi no. 3585, dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma).
Pada hari Arafah, doa-doa yang dipanjatkan lebih mudah dikabulkan oleh Allah. Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sangat memanfaatkan waktu di hari Arafah untuk berdoa dan memohon ampunan.
Setelah memahami hal ini, Imam ar-Razi menafsirkan bahwa Allah telah menjelaskan perihal orang-orang yang berdoa kepada-Nya terbagi menjadi dua kelompok: kelompok pertama, mereka yang doa-doanya hanya sebatas pada permintaan duniawi saja. Kedua, mereka yang menggabungkan doanya antara permintaan duniawi dengan permintaan ukhrawi.
Pada penafsiran Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi juga dijelaskan, pada masa dahulu, orang-orang hanya meminta hal-hal duniawi. Pikiran mereka hanya terbatas pada hal-hal materi. Allah ingin mengangkat derajat mereka dalam permohonan kepada-Nya, agar mereka meminta sesuatu yang lebih kekal, lebih bernilai, dan lebih bermanfaat. Di sinilah letak keistimewaan iman. Jika kita hanya meminta kesenangan dunia, apa bedanya kita dengan kaum jahiliah?
Pandangan ini tentu mengajarkan keseimbangan dalam berdoa, mencakup kebutuhan dunia sebagai sarana menuju kebahagiaan akhirat. Hal ini juga menegaskan, bukti kelemahan manusia dan perlunya bersandar sepenuhnya kepada Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
Seorang hamba, ketika melaksanakan ibadahnya kepada Allah, akan merasa layak untuk memohon kepada-Nya. Selama seseorang merasa layak untuk memohon kepada Allah, maka hendaknya ia meminta sesuatu yang membawa kebaikan yang abadi. Sebab manusia biasanya menyampaikan kebutuhannya kepada orang lain sesuai dengan kedudukan dan kemampuan orang tersebut untuk memenuhi permintaan itu. Misalnya, seseorang mungkin meminta sepuluh ribu kepada seseorang, lalu kepada orang lain yang lebih kaya ia meminta seratus ribu rupiah, dan kepada orang ketiga ia meminta dua ratus ribu rupiah. Permintaan seseorang disesuaikan dengan kapasitas pemberi untuk memenuhi kebutuhan itu.
Maka, ketika para hamba berada dalam posisi untuk memohon kepada Allah setelah melaksanakan ibadah, jangan merendahkan permintaan hanya kepada urusan dunia yang fana semata. Sebagaimana firman Allah:
“Maka di antara manusia ada yang berdoa: ‘Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami (kebaikan) di dunia’ tetapi tiadalah baginya bagian (yang menyenangkan) di akhirat.” (al-Baqarah: 200).
Allah ingin agar kita meninggikan semangat iman kita. Oleh karena itu, Allah melanjutkan dengan firman-Nya:
“Dan di antara mereka ada yang berdoa: ‘Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka." (al-Baqarah: 201).
Dari pendapat para ulama ini, kita dapat melihat bahwa mereka sepakat bahwa kebaikan akhirat mencakup segala sesuatu yang membawa manusia menuju surga, seperti ampunan dan rahmat Allah. Mengapa kita tidak melupakan dunia di sini? Karena dunia adalah ladang bagi akhirat. Dalam firman Allah, {آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً} “berikanlah kami kebaikan di dunia”.
Allah kemudian menutup ayat ini dengan firman-Nya: {وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ “dan lindungilah kami dari azab neraka”. Ketika Allah memberikan anugerah kepada hamba-hamba-Nya, anugerah terbesar adalah menjauhkan mereka dari neraka dan memasukkan mereka ke dalam surga. Sebab, hanya dengan dijauhkan dari neraka saja, itu sudah menjadi nikmat yang luar biasa.
Kemudian Allah melanjutkan firman-Nya:
{أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌۭ مِّمَّا كَسَبُوا۟ وَٱللَّهُ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ}
“Mereka itu akan memperoleh bagian dari apa yang telah mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya”. [al-Baqarah: 202].
Tuhan senantiasa mengajarkan kebaikan kepada hamba-Nya. Setiap manusia yang bertuhan berlomba dalam mengerjakan amal kebaikan. Dalam Islam, amal salih yang manusia kerjakan dapat berbuah pahala. Pahala kebaikan yang telah ditanam di dunia, akan didapatkan balasannya di akhirat nanti, tentunya atas kehendak-Nya pula.
Untuk seorang hamba yang masih mengharap balasan, seringkali perbuatan baiknya diniatkan agar keinginannya terpenuhi, dan itu maklum terjadi.
Dalam hal meminta, tentu Allah memerintahkan hamba-Nya untuk diiringi dengan ibadah, baik yang kaya maupun miskin, sehat atau sakit, perempuan dan laki-laki, muda hingga tua, Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya. Ketika seorang hamba beribadah dan melakukan amal salih, Allah berikan pahala serta pengambilan doa yang dipanjatkannya.
Menjalani kehidupan di dunia, akan terasa indah jika berada dalam koridor-Nya. Dengan taat, manusia akan selamat. Mari kita istikamahkan berdoa dan berusaha dalam setiap aktifitas yang kita jalani. Semoga kita semua senantiasa selalu dalam lindungan-Nya, serta mendapatkan kebaikan dunia maupun akhirat.
Wallahu a’lam
Penulis: Ghifarah Turmudzi
Terpopuler
1
PR GP Ansor Tegal Alur Pasang WiFi Gratis, Bantu Pelajar Akses Pembelajaran Daring
2
LBH Ansor Jakarta Tangani Kasus Dugaan Penelantaran Pekerja Migran Indonesia di Kamboja
3
IPNU-IPPNU Jagakarsa Gelar Makesta untuk Membangun Diri lewat Dakwah, Nalar, dan Ilmu
4
MWCNU Kalideres Sediakan WiFi Gratis untuk Rumah Ibadah dan Fasilitas Umum
5
LPPNU DKI Jakarta Desak Pemerintah Usut Tuntas Kasus Beras Oplosan
6
Sejumlah Sekolah Swasta di Jakarta Sambut Program Sekolah Gratis
Terkini
Lihat Semua